Jenis-jenis demand di marketing (Written by Thania Kusmalinda & Salsabila Pratiwi Rimawan) | Dalam dunia pemasaran, pemahaman yang mendalam tentang jenis-jenis permintaan (demand) pada marketing adalah kunci untuk merancang strategi yang efektif dan responsif. Demand merujuk pada permintaan atau apa yang diinginkan konsumen terhadap produk atau layanan, serta kemampuan konsumen untuk membeli barang atau jasa di pasar.
Dengan memahami berbagai jenis permintaan, perusahaan dapat mengoptimalkan strategi pemasaran mereka untuk memenuhi kebutuhan pasar secara lebih efektif. Berikut adalah penjelasan mengenai berbagai jenis permintaan yang sering ditemui serta contoh nyata dari kehidupan sehari-hari.
Jenis-Jenis Demand Di Marketing
1. Negative Demand
Negative demand terjadi ketika konsumen secara aktif menolak atau tidak menyukai produk atau layanan tertentu, biasanya karena dampak negatif yang ditimbulkan. Contoh nyata dari negative demand adalah produk tembakau. Seiring dengan meningkatnya kesadaran tentang bahaya kesehatan dari merokok seperti risiko kanker paru-paru, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan, banyak orang mulai menjauhi rokok.Perusahaan yang menghadapi negative demand harus berfokus pada perubahan persepsi konsumen melalui edukasi atau inovasi produk.
2. Non-Existent Demand
Non-existent demand terjadi ketika tidak ada kebutuhan atau keinginan pasar untuk produk atau layanan tertentu. Contohnya, sebuah produk inovatif seperti penyanitasi udara yang mengklaim menghilangkan bau tak sedap dari ruang kosong mungkin menghadapi non-existent demand jika pasar tidak melihat adanya kebutuhan nyata untuk produk tersebut.
3. Latent Demand
Latent demand muncul ketika ada kebutuhan potensial yang belum teridentifikasi atau dipenuhi di pasar. Contohnya, ketika smartphone dengan fitur kesehatan seperti pelacakan detak jantung mulai populer, ada latent demand dari konsumen yang sebelumnya tidak menyadari kebutuhan akan fitur tersebut hingga produk diperkenalkan.

4. Declining Demand
Declining demand terjadi ketika permintaan untuk produk atau layanan menurun seiring waktu. Misalnya, permintaan untuk film VHS menurun tajam setelah munculnya teknologi DVD dan streaming digital. Perusahaan perlu merespons dengan inovasi atau diversifikasi produk untuk mengatasi declining demand.
5. Irregular Demand
Irregular demand mengacu pada fluktuasi permintaan yang tidak konsisten dari waktu ke waktu. Contoh yang relevan di Indonesia adalah permintaan untuk produk berbasis musiman atau acara tertentu, seperti pakaian dan aksesoris saat Lebaran atau Natal.
Di Indonesia, permintaan untuk pakaian baru meningkat pesat menjelang Lebaran. Selama periode ini, konsumen sering membeli baju baru, terutama pakaian tradisional seperti baju kurung, gamis, atau sarung. Namun, setelah Lebaran berakhir, permintaan untuk pakaian baru cenderung menurun drastis.
6. Full Demand
Full demand terjadi ketika permintaan konsumen sesuai dengan kapasitas produksi perusahaan. Contohnya, sebuah restoran populer yang selalu ramai pada jam makan siang mengalami full demand karena permintaan pelanggan sesuai dengan jumlah meja yang tersedia. Strategi pemasaran disini bisa fokus pada meningkatkan pengalaman pelanggan untuk mempertahankan loyalitas.
7. Overfull Demand
Overfull demand terjadi ketika permintaan melebihi kapasitas produksi perusahaan. Contohnya, sebuah toko elektronik yang meluncurkan produk terbaru yang sangat populer mungkin mengalami overfull demand jika stoknya cepat habis. Dalam situasi ini, perusahaan perlu meningkatkan kapasitas produksi atau manajemen rantai pasokan untuk memenuhi permintaan.
8. Unwholesome Demand
Unwholesome demand merujuk pada permintaan untuk produk atau layanan yang dapat merugikan kesehatan atau kesejahteraan masyarakat. Misalnya, permintaan untuk makanan cepat saji yang sangat tinggi dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti obesitas. Perusahaan dalam kategori ini sering menghadapi tantangan etika dan regulasi, serta perlu berfokus pada tanggung jawab sosial mereka.
Memahami berbagai jenis permintaan memungkinkan perusahaan untuk merancang strategi pemasaran yang lebih tepat sasaran dan responsif terhadap kebutuhan pasar. Dengan mengenali jenis permintaan yang relevan, perusahaan dapat mengembangkan produk dan strategi pemasaran yang sesuai, mengatasi tantangan, dan memanfaatkan peluang untuk pertumbuhan agar etap relevan dan kompetitif di pasar.